Sabtu, 13 September 2014

pengantar pendidikan

  

NAMA : Nina Ayuning Rahayu FS
Kelas     : RIB

Perkembangan Pendidikan di Indonesia
Bangkitnya dunia pendidikan yang dirintis oleh Pahlawan kita Ki Hadjar Dewantara untuk menentang penjajah pada massa lalu, sungguh sangat berarti apabila kita cermati dengan saksama. Untuk itu tidak terlalu berlebihan apabila bangsa Indonesia sebagai bangsa yang besar memperingati hari Pendidikan Nasional yang jatuh setiap tanggal 2 Mei ini, sebagai bentuk refteksi penghargaan sekaligus bentuk penghormatan yang tiada terhingga kepada para Perintis Kemerdekaan dan Pahlawan Nasional. Di samping itu, betapa jiwa nasionalisme dan kejuangannya serta wawasan kebangsaan yang dimiliki para pendahulu kita sangat besar, bahkan rela berkorban demi nusa dan bangsa. Lantas bagaimana perkembangan sekarang? Sangat ironis, memang. Banyak para pemuda kita yang tidak memiliki jiwa besar, bahkan sangat mengkhawatirkan, janganjangan terhadap lagu kebangsaan kita pun sudah tidak hafal, jangankan menghayati. Namun, kita sangat yakin dan semakin sadar, bahwa hanya melalui dunia pendidikanlah bangsa kita akan menjadi maju, sehingga dapat mengejar ketertinggalan dengan bangsa lain di dunia, sekaligus merupakan barometer terhadap kualitas sumber daya manusia.
Krisis moneter yang berlanjut dalam krisis ekonomi yang terjadi hingga puncaknya ditandai dengan jatuhnya rezim Soeharto dari kekuasaannya pada Mei 1998 yang lalu, telah mendorong reformasi bukan hanya dalam bidang politik dan ekonomi saja, melainkan juga terimbas dalam dunia pendidikan juga. Reformasi dalam bidang pendidikan, pada dasarnya merupakan reposisi dan bahkan rekonstruksi pendidikan secara keseluruhan atau secara komprehensif integral. Reformasi, reposisi dan rekonstruksi pendidikan jelas harus melibatkan penilaian kembali secara kritis pencapaian dan masalah-masalah yang dihadapi dalam penyelenggaraan pendidikan nasional.
Apabila kita amati secara garis besar, pencapaian pendidikan nasional kita masih jauh dan harapan, apalagi untuk mampu bersaing secara kompetitif dengan perkembangan pendidikan pada tingkat global. Baik secara kuantitatif maupun kualitatif, pendidikan nasional masih memiliki banyak kelemahan mendasar. Bahkan pendidikan nasional, menurut banyak kalangan, bukan hanya belum berhasil meningkatkan kecerdasan dan keterampilan anak didik, melainkan gagal dalam membentuk karakter dan watak kepribadian (nation and character building), bahkan terjadi adanya degradasi moral.

Reformasi Pendidikan
Kita harus sadar, bahwa pembentukan karakter dan watak atau kepribadian ini sangat penting, bahkan sangat mendesak dan mutlak adanya (tidak bisa ditawar-tawar lagi). Hal ini cukup beralasan. Mengapa mutlak diperlukan? Karena adanya krisis yang terus berkelanjutan melanda bangsa dan negara kita sampai saat ini belum ada solusi secara jelas dan tegas, lebih banyak berupa wacana yang seolah-olah bangsa ini diajak dalam dunia mimpi. Tentu masih ingat beberapa waktu yang lalu Pemerintah mengeluarkan pandangan, bahwa bangsa kita akan makmur, sejahtera nanti di tahun 2030. Suatu pemimpin bangsa yang besar untuk mengajak bangsa atau rakyatnya menjadi “pemimpi” dalam menggapai kemakmuran yang dicita-citakan.
Banyak kalangan masyarakat yang mempunyai pandangan terhadap istilah “kelatahan sosial” yang terjadi akhir-akhir ini. Hal ini memang terjadi dengan berbagai peristiwa, seperti tuntutan demokrasi yang diartikan sebagai kebebasan tanpa aturan, tuntutan otonomi sebagai kemandirian tanpa kerangka acuan yang mempersatukan seluruh komponen bangsa, hak asasi manusia yang terkadang mendahulukan hak daripada kewajiban. Pada akhirnya berkembang ke arah berlakunya hukum rimba yang memicu kesukubangsaan (ethnicity). Kerancuan ini menyebabkan orang frustasi dan cenderung meluapkan perasaan tanpa kendali dalam bentuk “amuk massa atau amuk sosial”.
Berhadapan dengan berbagai masalah dan tantangan, pendidikan nasional pada saat yang sama (masih) tetap memikul peran multidimensi. Berbeda dengan peran pendidikan pada negara-negara maju, yang pada dasarnya lebih terbatas pada transfer ilmu pengetahuan, peranan pendidikan nasional di Indonesia memikul beban lebih berat Pendidikan berperan bukan hanya merupakan sarana transfer ilmu pengetahuan saja, tetap lebih luas lagi sebagai pembudayaan (enkulturisasi) yang tentu saja hal terpenting dan pembudayaan itu adalah pembentukan karakter dan watak (nation and character building), yang pada gilirannya sangat krusial bagi notion building atau dalam bahasa lebih populer menuju rekonstruksi negara dan bangsa yang lebih maju dan beradab.
Oleh karena itu, reformasi pendidikan sangat mutlak diperlukan untuk membangun karakter atau watak suatu bangsa, bahkan merupakan kebutuhan mendesak. Reformasi kehidupan nasional secara singkat, pada intinya bertujuan untuk membangun Indonesia yang lebih genuinely dan authentically demokratis dan berkeadaban, sehingga betul-betul menjadi Indonesia baru yang madani, yang bersatu padu (integrated). Di samping itu, peran pendidikan nasional dengan berbagai jenjang dan jalurnya merupakan sarana paling strategis untuk mengasuh, membesarkan dan mengembangkan warga negara yang demokratis dan memiliki keadaban (civility) kemampuan, keterampilan, etos dan motivasi serta berpartisipasi aktif, merupakan ciri dan karakter paling pokok dari suatu masyarakat madani Indonesia. Jangan sampai yang terjadi malah kekerasan yang meregenerasi seperti halnya yang terjadi di IPDN yang menjadi sorotan akhir-akhir ini (Kompas 16/4), Kekerasan fisik yang mengorbankan nyawa dan harta benda tersebut, sangat jelas terkait pula dengan masih bertahannya “kekerasan struktural” (structural violence) pada tingkat tertentu. Akibatnya, perdamaian hati secara hakiki tidak atau belum berhasil diwujudkan.
Oleh : Drs. Bambang Nurokhim
http://www.tnial.mil.id/tabid/125/articleType/ArticleView/articleId/200/Default.aspx



“Jika Saya Mengajar Biologi SMA”
Assalamua’laikum wr.wb
Pengalaman SMA saya, pada waktu itu  guru SMA saya menggunakan Metode belajar menghafal, menulis dan presentasi saja jika tidak memungkinkan untuk pratikum, karena dulu terbatasnya alat lab diSMA jadi pratikum yang dilakukan tidak sesempurna materi seperti di buku. menjadi guru biologi adalah cita – cita saya. Tapi menurut saya pribadi untuk menjadi guru biologi tingkatan SMA gampang – gampang susah karena siswa SMA masih sangat labil, terkadang mereka tidak bisa membagi waktu untuk main dan belajar dan oleh sebab itu juga  tingkat belajar yg semakin menurun dan kebanyakan siswa mengejar nilai bukan mencari ilmu dan “JIKA SAYA MENGAJAR BIOLOGI SMA”  saya mepunyai beberapa metode yaitu :
Metode pertama :
Saya akan menerapkan “metode belajar aktif” maksutnya belajar aktif disini adalah saya akan mengajak siswa-siswi saya nanti tidak hanya mendengarkan, menghafal dan menulis tetapi saya ingin mereka bisa aktif menanyakan atau bertanya, memberikan pertanyaan, menjawab pertanyaan dan mengerjakan materi yang berkaitan dengan materi tersebut.
Metode kedua:
Di metode kedua ini saya akan mengadakan” test” beberapa soal setiap masuk BAB baru, ini bertujuan untuk mengetahui seberapa niat siswa-siswi belajar mempersiapkan pelajaran hari esok dan untuk kedepannya agar mereka bisa mempersiapkan materi dan mereka mempunyai minat baca atau lebih rajin membaca.
Metode ketiga:
Saya akan menerapkan metode “bersosialisasi” maksutnya bersosialisasi saya akan membagi beberapa kelompok sesuai dengan absen agar semua bisa saling kenal satu sama lain, kompak, mempunyai rasa tanggung jawab kepada tugasnya(maksudnya saling menginggatkan)dan bisa Saling bertukar pikiran.
Metode keempat :
“Metode presentas” ini salah satu metode paling penting untuk melatih keberanian siswa-siswi untuk mengemukakan pendapat pribadi maupun kelompok dan metode ini bisa melatih siswa aktif dan mempunyai keberanian di depan orang banyak, metode ini bertujuan untuk menyampaikan informasi yang diproleh oleh siswa secara individu atau kelompok di depan teman-temannya.


Metode ke lima;
Di metode ini, saya ingin menerpkan metode “debat aktif” yang bertujuan untuk mendorong pemikiran siswa-siswi perenungan terutama kalo peserta didik atau siswa-siswi di hadapkan mempertahankan pendapat pribadinya.
Metode ke enam :
“Metode berbaur” maksutnya berbaur tidak membedakan antara siswa-siswi yang satu dengan yang lain dan meminta siswa-siswi berperan aktif untuk menjadi narasumber atau mencari informasi dan saling tukar memenukar pendapat antara siswa-siswi.
Metode ke tujuh  :
“Metode pratikum” Insyaallah nanti saya bisa bekerja disekolah yg mempunyai lab biologi yang memadai, agar siswa-siswi bisa melakukan pratikum yang tidak terbatas. Karena pratikum ini adalah hal dimana siswa-siswi bisa langsung tau dan pratikum ini bertujuan untuk menambah pengetahuan secara langsung(biasanya siswa-siswi kalo hanya  membaca saja terkdang suka lupa hehe )
Metode ke delapan :
“Metode prediksi” maksut dari metode ini adalah dapat membantu para siswa menjadi kenal sifat satu sama lain , disini siswa dituntut untuk meramalkan bagaiman sifat masing – masing orang dalam kelompoknya menjawab pertanyaan yang telah ditanyakan pada kelompok lain.

      Sekian rencana saya  atau gambaran metode yang nanti saya jalankan jika saya mengajar biologi sma, saya hanya manusia biasa yang tidak pernah sempurna kurang lebihnya saya minta dibukakan pintu maaf yang seluas-luasnya atas kesalahan penulisan atau bahasa yang tidak baku.
Wasalamualaikum.wb.wb




                                                                                                              

Tidak ada komentar:

Posting Komentar